Bermunculannya jumlah komunitas relawan bencana di wilayah DIY
pascaerupsi Merapi 2010 lalu mengindikasikan tingkat partisipasi
masyarakat dalam misi kemanusiaan dan mitigasi kebencanaan cukup tinggi.
Sampai saat ini saja, jumlah komunitas relawan mencapai 198 di
DIY-Jateng.
Meningkatnya komunitas relawan perlu didukung dengan
peningkatan skill setiap anggotanya. Sri Hartoyo MM, salah satu aktivis
relawan dari Forum Komunitas Lintas Relawan (Foklar) DIY-Jateng,
mengatakan, kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi menjadi relawan
tahun ini sangat tinggi. Relawan bisa dibilang sudah tren atau gaya
hidup.
"Entah apa kemampuannya sekarang, banyak yang bisa membawa
HT dengan pakaian oranye. Namun, semangat relawan harus terus
diapresiasi. Jika potensi tersebut dikelola dengan baik, upaya
penanggulangan bencana bisa berjalan dengan lebih baik," terangnya,
Kamis (24/12013).
Hartoyo menambahkan, jumlah relawan yang
tergabung dalam forum sekitar 198 komunitas di DIY dan Jateng.
Anggotanya pun mencapai ribuan orang. Dengan pertumbuhan yang demikian
pesat, tidak salah jika DIY disebut sebagai "Kota Relawan".
"Tentu
saja kemampuan mereka belum merata sepenuhnya. Akan lucu ketika seorang
relawan malah ditolong. Karena itu, kami akan menjalin kerja sama
dengan berbagai pihak untuk meningkatkan basic skill para relawan,"
katanya.
Selain meningkatkan basic skill setiap relawan,
pihaknya juga akan membentuk klaster-klaster relawan agar lebih efisien
dan terarah dalam menjalankan tugas di lapangan.
"Selama ini,
ketika ada kejadian bencana apa pun bentuknya, pasti relawan langsung
berjubel. Kita ingin bentuk spesialisasinya agar dalam tugasnya nanti
lebih efisien dan tidak terjadi penumpukan," ujarnya.
menjadi relawan adalah gaya hidup baru
00.19 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar